Objek Wisata Mandeh, Sumatera Barat Akan Dikelola Serius
A
A
A
SUMATERA BARAT - Tampil bersahaja, Presiden Joko Widodo hadir di Kawasan Pariwisata Bahari Terpadu Mandeh, Sumatera Barat, Sabtu, 10 Oktober 2015. Dengan topi merah bertulis +62, setelah baju putih, celana dan sepatu hitam, dalam kunjungannya jam 10 pagi itu Presiden berpidato pendek, hanya 10 menit.
Suasana pidato Presiden Jokowi juga sangat santai, nyaman, banyak memancing gelak tawa, tetapi sangat santun. “Saya tadi kaget, waktu masuk di kawasan ini. Betapa besar anugerah Allah SWT yang perlu kita syukuri. Indah sekali alam Mandeh ini,” ucap Presiden Jokowi.
Dalam pidatonya, Jokowi sempat mengungkap pertanyaan tentang bagaimana pengelolaan kawasan bagus di daerah Sumatera Barat itu. “Kawasan sebagus ini mau dijadikan apa? Saya ingin Pak Gubernur, Pak Bupati bertanya dulu kepada masyarakat. Bermusyawarah yang baik,” ungkapnya dengan mimik yang sangat serius.
Dia menghormati hak-hak warga, dan tidak ingin salah bertindak, yang diluar keinginan masyarakat. “Kalau saya. Saya nggak maksa lho ya. Tempat ini dijadikan kawasan wisata keluarga, terkait dengan bahari, bisa menyelam di laut, bisa berwisata di pulau. Seperti yang disampaikan Menteri Pariwisata tadi, dari pengalaman di banyak tempat, income masyarakat bisa naik 5 kali lipat. Saya kira itu baik sekali, dan sangat menguntungkan warga,” ungkap Jokowi.
Sumatera Barat ini, lanjut Jokowi, memiliki banyak potensi wisata, ada wisata bahari, pantai, laut, bawah laut dan pulau-pulau indah termasuk di Mandeh dan Sungai Nyalo, di Pesisir Selatan ini.
Ada juga Danau Maninjau dan Danau Singkarak yang berada di atas bukit yang cantik. Ada Kota Pusaka di Sawahlunto. “Kalau di sini sudah jadi, saya minta dibuatkan paket destinasi wisata yang mencakup tiga objek itu menjadi satu. Dengan begitu Menteri Pariwisata mudah untuk mempromosikan destinasi menarik di Sumatera Barat,” usul mantan Gubernur DKI dan Walikota Solo itu.
Karena itu, Presiden Jokowi memerintahkan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono yang juga hadir di Sungai Nyalo itu untuk mempercepat pembangunan jalan 56 kilometer dari Padang, yang saat ini sudah sampai pada tahap pengerasan.
Presiden sendiri kemarin meninjau infrastruktur jalan menuju ke muara sungai di bibir pantai berpasir cokelat keputihan itu. “Saya target jangan lebih dari 2 tahun. Saya yakin bisa, karena Pak Menteri PU Pera ini istrinya asli dari Pesisir Selatan,” sebut Jokowi yang langsung disambut tepuk tangan dan tertawa.
Menteri PU dan Pera, Basuki Hadimuljono pun berdiri dan mengucapkan salam kepada masyarakat sambil tersipu malu.
Presiden meminta agar keaslian budaya Minang yang terlihat banyaknya rumah bagonjong di daerah Bukittinggi tetap dipertahankan. Karena dia menganggap kota yang berada di atas bukit dengan ikon jam gadang itu sudah mulai menghilangkan rumah-rumah khas Minang dengan ujung lancip meliuk ke atas, seperti tanduk kerbau itu.
“Tolong, Pak MenPU-Pera, karakter rumah di Bukittinggi dengan bagojong-nya itu dijaga, dibuat lagi, jangan sampai hilang. Jangan sampai rumah gadang juga tidak ada? Untuk apa wisatawan datang kalau tidak ada karakter seperti itu? Apa yang mau dilihat? Mereka itu datang untuk melihat arsitektur tradisional khas Minang Kabau, yang unik, dan keramahtamahan masyarakatnya,” tegasnya.
Di akhir pidato, Jokowi kembali mengingatkan Menteri Pariwisata Arief Yahya, agar memperkuat promosi, promosi, dan promosi. “Promosinya diperkuat lagi Pak Menpar! Jadikan satu paket destinasi, agar orang berbondong-bondong datang ke sini,” sebutnya.
Dalam sambutannya, Menpar Arief Yahya memaparkan pengembangan kawasan pariwisata bahari terpadu Mandeh, merupakan percontohan, membangun ekonomi dari pintu pariwisata, yang diharapkan bisa menginspirasi daerah lain di Indonesia.
Kawasan Mandeh ini kurang lebih 18.000 Ha, potensi terumbu karang 70,32 hektare, mangrove 313,32 hektare, dan keragaman hayati 404,55 hektar. Jarak dari Padang 56 km, waktu tempuh masih 2-3 jam. “Tetapi kalau jalan lingkar sudah selesai, 2 tahun lagi, cukup 45 menit dari Padang,” kata Arief Yahya.
Soal keindahan, lanjut Arief, Mandeh Pesisir Selatan ini dijuluki “The Paradise of the South” surga dari selatan. Posisi, potensi alamnya, mirip Raja Ampat, Papua.
Kelebihannya, di sini bisa bermain paralayang, dan cocok untuk wisata keluarga. “Karena itu, Mandeh kami sebut sebagai Raja Ampat-nya Sumatera,” jelas Arief Yahya.
Pengembangan pariwisata itu, menurut Arief, menggunakan teori 3A+1C. Atraksi, Aksesilibitas, Ameniti dan khusus di Mandeh, ada yang dinamai “Community Base”. Atraksi jelas, menjadi Raja Ampatnya Indonesia Barat. Akses dua tahun lagi kelar.
“Kalau ke Raja Ampat dari Jakarta butuh Rp 6 juta, kalau ke Mandeh cukup Rp 600 ribu. Jadi kalau mau berkali-kali ke Raja Ampat, sedangkan duit pas-pasan, silakan ke sini saja, Mandeh,” kata lulusan ITB Bandung, Surrey University Inggris dan Program Doktor di Unpad Bandung itu.
Untuk fasilitas pendukung lainnya, lanjut dia, secara otomatis akan mengikuti permintaan pasar. Hotel, restoran, resort, pasar souvenir, dan semua fasilitas yang mendukung objek wisata itu otomatis akan mengikuti.
“Permintaan saya kepada Pak Gubernur dan Pak Bupati, mohon di sepanjang jalan yang menghadap ke pantai, jangan ada bangunan apapun. Laut adalah beranda depan, bukan bagian belakang. Itu sangat penting ke depannya,” ujar Mantan Dirut PT Telkom Indonesia itu.
Mengenai fasilitas toilet bersih di kawasan wisata, pihaknya setuju membangun 100 toilet bersih, yang dikelola masyarakat kampung sini. "Kami akan bentuk Pokdarwis, kelompok sadar wisata, mendidik 100 KK, dan mengirim beberapa tokoh agent of change-nya ke Sanur yang sama-sama community base, dan sudah disentuh oleh digital. Kami juga mengapresiasi anak-anak muda yang nekat membuat Mandeh Joy Sailing lalu, tahun depan silakan digelar lagi, kami akan support lagi,” katanya.
Arief Yahya pun mengingatkan agar menjaga kelestarian semua potensi alam dan anugerah Tuhan yang sudah dicurahkan ke Mandeh. Seperti terumbu karang, ikan-ikan yang beraneka warna, dan semua keindahan yang dimiliki Mandeh. “Semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan,” pungkasnya.
Suasana pidato Presiden Jokowi juga sangat santai, nyaman, banyak memancing gelak tawa, tetapi sangat santun. “Saya tadi kaget, waktu masuk di kawasan ini. Betapa besar anugerah Allah SWT yang perlu kita syukuri. Indah sekali alam Mandeh ini,” ucap Presiden Jokowi.
Dalam pidatonya, Jokowi sempat mengungkap pertanyaan tentang bagaimana pengelolaan kawasan bagus di daerah Sumatera Barat itu. “Kawasan sebagus ini mau dijadikan apa? Saya ingin Pak Gubernur, Pak Bupati bertanya dulu kepada masyarakat. Bermusyawarah yang baik,” ungkapnya dengan mimik yang sangat serius.
Dia menghormati hak-hak warga, dan tidak ingin salah bertindak, yang diluar keinginan masyarakat. “Kalau saya. Saya nggak maksa lho ya. Tempat ini dijadikan kawasan wisata keluarga, terkait dengan bahari, bisa menyelam di laut, bisa berwisata di pulau. Seperti yang disampaikan Menteri Pariwisata tadi, dari pengalaman di banyak tempat, income masyarakat bisa naik 5 kali lipat. Saya kira itu baik sekali, dan sangat menguntungkan warga,” ungkap Jokowi.
Sumatera Barat ini, lanjut Jokowi, memiliki banyak potensi wisata, ada wisata bahari, pantai, laut, bawah laut dan pulau-pulau indah termasuk di Mandeh dan Sungai Nyalo, di Pesisir Selatan ini.
Ada juga Danau Maninjau dan Danau Singkarak yang berada di atas bukit yang cantik. Ada Kota Pusaka di Sawahlunto. “Kalau di sini sudah jadi, saya minta dibuatkan paket destinasi wisata yang mencakup tiga objek itu menjadi satu. Dengan begitu Menteri Pariwisata mudah untuk mempromosikan destinasi menarik di Sumatera Barat,” usul mantan Gubernur DKI dan Walikota Solo itu.
Karena itu, Presiden Jokowi memerintahkan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono yang juga hadir di Sungai Nyalo itu untuk mempercepat pembangunan jalan 56 kilometer dari Padang, yang saat ini sudah sampai pada tahap pengerasan.
Presiden sendiri kemarin meninjau infrastruktur jalan menuju ke muara sungai di bibir pantai berpasir cokelat keputihan itu. “Saya target jangan lebih dari 2 tahun. Saya yakin bisa, karena Pak Menteri PU Pera ini istrinya asli dari Pesisir Selatan,” sebut Jokowi yang langsung disambut tepuk tangan dan tertawa.
Menteri PU dan Pera, Basuki Hadimuljono pun berdiri dan mengucapkan salam kepada masyarakat sambil tersipu malu.
Presiden meminta agar keaslian budaya Minang yang terlihat banyaknya rumah bagonjong di daerah Bukittinggi tetap dipertahankan. Karena dia menganggap kota yang berada di atas bukit dengan ikon jam gadang itu sudah mulai menghilangkan rumah-rumah khas Minang dengan ujung lancip meliuk ke atas, seperti tanduk kerbau itu.
“Tolong, Pak MenPU-Pera, karakter rumah di Bukittinggi dengan bagojong-nya itu dijaga, dibuat lagi, jangan sampai hilang. Jangan sampai rumah gadang juga tidak ada? Untuk apa wisatawan datang kalau tidak ada karakter seperti itu? Apa yang mau dilihat? Mereka itu datang untuk melihat arsitektur tradisional khas Minang Kabau, yang unik, dan keramahtamahan masyarakatnya,” tegasnya.
Di akhir pidato, Jokowi kembali mengingatkan Menteri Pariwisata Arief Yahya, agar memperkuat promosi, promosi, dan promosi. “Promosinya diperkuat lagi Pak Menpar! Jadikan satu paket destinasi, agar orang berbondong-bondong datang ke sini,” sebutnya.
Dalam sambutannya, Menpar Arief Yahya memaparkan pengembangan kawasan pariwisata bahari terpadu Mandeh, merupakan percontohan, membangun ekonomi dari pintu pariwisata, yang diharapkan bisa menginspirasi daerah lain di Indonesia.
Kawasan Mandeh ini kurang lebih 18.000 Ha, potensi terumbu karang 70,32 hektare, mangrove 313,32 hektare, dan keragaman hayati 404,55 hektar. Jarak dari Padang 56 km, waktu tempuh masih 2-3 jam. “Tetapi kalau jalan lingkar sudah selesai, 2 tahun lagi, cukup 45 menit dari Padang,” kata Arief Yahya.
Soal keindahan, lanjut Arief, Mandeh Pesisir Selatan ini dijuluki “The Paradise of the South” surga dari selatan. Posisi, potensi alamnya, mirip Raja Ampat, Papua.
Kelebihannya, di sini bisa bermain paralayang, dan cocok untuk wisata keluarga. “Karena itu, Mandeh kami sebut sebagai Raja Ampat-nya Sumatera,” jelas Arief Yahya.
Pengembangan pariwisata itu, menurut Arief, menggunakan teori 3A+1C. Atraksi, Aksesilibitas, Ameniti dan khusus di Mandeh, ada yang dinamai “Community Base”. Atraksi jelas, menjadi Raja Ampatnya Indonesia Barat. Akses dua tahun lagi kelar.
“Kalau ke Raja Ampat dari Jakarta butuh Rp 6 juta, kalau ke Mandeh cukup Rp 600 ribu. Jadi kalau mau berkali-kali ke Raja Ampat, sedangkan duit pas-pasan, silakan ke sini saja, Mandeh,” kata lulusan ITB Bandung, Surrey University Inggris dan Program Doktor di Unpad Bandung itu.
Untuk fasilitas pendukung lainnya, lanjut dia, secara otomatis akan mengikuti permintaan pasar. Hotel, restoran, resort, pasar souvenir, dan semua fasilitas yang mendukung objek wisata itu otomatis akan mengikuti.
“Permintaan saya kepada Pak Gubernur dan Pak Bupati, mohon di sepanjang jalan yang menghadap ke pantai, jangan ada bangunan apapun. Laut adalah beranda depan, bukan bagian belakang. Itu sangat penting ke depannya,” ujar Mantan Dirut PT Telkom Indonesia itu.
Mengenai fasilitas toilet bersih di kawasan wisata, pihaknya setuju membangun 100 toilet bersih, yang dikelola masyarakat kampung sini. "Kami akan bentuk Pokdarwis, kelompok sadar wisata, mendidik 100 KK, dan mengirim beberapa tokoh agent of change-nya ke Sanur yang sama-sama community base, dan sudah disentuh oleh digital. Kami juga mengapresiasi anak-anak muda yang nekat membuat Mandeh Joy Sailing lalu, tahun depan silakan digelar lagi, kami akan support lagi,” katanya.
Arief Yahya pun mengingatkan agar menjaga kelestarian semua potensi alam dan anugerah Tuhan yang sudah dicurahkan ke Mandeh. Seperti terumbu karang, ikan-ikan yang beraneka warna, dan semua keindahan yang dimiliki Mandeh. “Semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan,” pungkasnya.
(nfl)